THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Find Blog

Jumat, 29 Mei 2009

Completion Schematic and Sand Production Potential

SPAR Sub Sea Equipment and Sea Floor Layout

Pressure Prediction and Casing Design

Transocean Enterprise-Pre-Drill and Complete

6 5/8” Completion for Thunder Horse

WH Drilling dan Completions Conference Thunder Horse Drilling Performance

Thunder Horse Well Challenges

• Water depth-5600’in North-6300’in South
• 18,000 psi BHP>15ksi equipment
• 35-50,000 BOPD Oil Wells
• Casing Design-H2S, CO2, APB, Rate/ Size/Pressure, SCSSV
• PP/FG>ECD Management
• 5000’ Salt-Geologic Uncertainty>Well Planning
• Completion Serial No. 1’s-Packer, SCSSV, CIM, Gas Cap, SC
• 25,000’TVD>3 different reservoirs

Kamis, 28 Mei 2009

Multi Disciplinary Drill Center Design Team

World Class Subsea Hardware

1. 5” bore; 15ksi vertical guidelineless trees with electro- hydraulic control systems & fibre-optic capability for downhole monitoring
2. Manifolds linked to facility via looped, piggable, high pressure flowlines with external insulation
3. Insulated Steel Catenary Risers with Flexible Top Connections
4. 73 miles of Flowlines & Risers
5. 63 miles of Umbilicals

BOP Picture

Field Development Plan

1. Up to 25 wells in 4 drill centers plus satellites
2. Semisubmersible production platform with production, water injection, and full drilling capability at main drill center
3. Mobile Drilling Unit Support as required at remote well centers

Rabu, 27 Mei 2009

Sejarah Pemboran di Dunia

1. 1500 SM
Di China telah ada pengeboran untuk memproduksi garam dan menggunakan primitive cable tools dan bisa mencapai kedalaman 2000 ft.



2. 1859
Di daerah TITUSVILLE PENNSILVANIA, KOL. DRAKE membuat sumur dengan kedalaman 65 dft dan memperoleh sumur minyak dengan memproduksikan 2000 bbl oil pada tahun pertama.



3. 1863
AHLI SIPIL PERANCIS BERNAMA LESCHOT MENJADI ORANG YANG PERTAMA MENGGUNAKAN METODA ROTARY DRILLING UNTUK SUMUR AIR.



4. 1901
PENGGUNAAN PERTAMA KALI ROTARY DRILLING PADA SUMUR MINYAK DI SPINDLETOP-TEXAS



5. 1914
HAMPIR 10 % PEMBORAN MINYAK MENGGUNAKAN TEKNOLOGI ROTARY DRILLING

Metode Perolehan Minyak dan Gas

Pada awal eksplorasi minyak dan gas bumi, penemuan hidrokarbon merupakan nasib baik dan perkiraan semata. Sukses awal diraih dengan melakukan pemboran tempat oil seep (rembesan minyak) didapat. Selanjutnya orang mulai membuat sumur pencarian minyak di puncak-puncak bukit. Pencarian migas di masa kini dilakukan berdasarkan iptek yang terus berkembang, terutama hasil studi geologi dan geofisika pada permukaan maupun di bawah permukaan.

1. EKPLORASI SECARA GEOLOGI
Berdasarkan cara dari pengambilan datanya, eksplorasi geologi dapat dibagi dua, yaitu:
1. Pengindraan jauh, yaitu studi mengenai bumi dengan memanfaatkan radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau diserap oleh permukaan bumi dengan panjang gelombang dari ultra violet. Pengindraan jauh dibagi menjadi empat macam yaitu : Aerial Photograpy (foto udara), Landsat Imagery (teknik satelit landsat), Thermal Infrared Imagery dan Radar Imagery.
2. Pemetaan geologi, merupakan metode tertua dalam eksplorasi geologi untuk mencari hidrokarbon dengan mengamati rembesan minyak yang tampak di permukaan bumi yang bersal dari struktur/perangkap dibawah tanah dan naik keatas melalui celah/rekahan yang terjadi diatas struktur tersebut.

2. EKSPLORASI SECARA GEOFISIKA
Metode geofisika banyak berhubungan dengan komposisi dan sifat-sifat fisik batuan. Ada tiga metode yang umum digunakan yaitu :
1. Survei Magnetik
2. Survei Gravitasi
3. Survei Seismik

2.1 Survey Magnetik
Dasar filosofi dari metoda ini adalah bahwa bumi mempunyai medan magnet yang kuat. Magnetometer adalah alat untuk mengukur magnetisasi dari batuan, yang umumnya dibawa dengan pesawat terbang untuk mengukur medan magnet suatu daerah dengan relatif singkat. Dengan cara ini daerah yang sulit didatangi, seperti rawa dan gurun pasir akan lebih mudah untuk diselidiki.
Magnetometer merekam perbedaan relatif antara magnetisasi bermacam batuan terhadap medan magnet bumi. Batuan yang banyak mengandung mineral magnetit seperti batuan beku, sulit sekali untuk mengandung hidrokarbon, sedangkan batuan sedimen yang kurang magnetis, lebih besar kemungkinan untuk mengandung minyak dan gas bumi.
2.2 Survei Gravitasi
Para ahli geofisik juga memanfaatkan medan gravitasi bumi yang bervariasi tergantung dengan distribusi massa dekat permukaan bumi.
Secara umum dapat diterangkan bahwa batuan yang berbeda densitasnya akan menghasilkan besaran gravitasi yang berbeda pula. Jika suatu batuan dengan densitas tinggi terletak dekat dengan permukaan bumi maka akan direkam besaran gravitasinya yang relatif tinggi pada sebuah gravimeter.

2.3 Survei Seismik
Suatu survei seismik umumnya merupakan akhir dari langkah eksplorasi sebelum suatu lokasi sumur pengeboran ditentukan. Berbeda dengan survei yang sebelumnya, survei seismik menyuguhkan gambaran struktur dan stratigrafi batuan yang lengkap dibawah permukaan tanah. Data bawah permukaan diterima oleh seismometer yang merekamnya pada seismograph, yang selanjutnya menghasilkan seismogram.
Seismogram inilah yang digunakan untuk membuat seismic section, yang merupakan penampang lintang dari keadaan bawah tanah.
Pada survei seismik, lubang-lubang (shot point) dengan jarak sama dibuat dan diisi dengan bahan peledak. Gelombang seismik yang timbul karena ledakan akan dipantulkan oleh batuan bawah permukaan tanah dan diterima oleh detektor yang peka (geophone) dari seismometer.


Alat Geophone


Metode Gravity


Metode Seismik di Laut


Metode Seismik


Hasil Seismik


Kegiatan Foto Udara/Pengindraan Jauh


Hasil Foto Udara


Hasil Foto Satelit di Delta Sungai Gangga


Contoh Peta Negara Bagian Kanada

Teori Terbentuknya Minyak dan Gas

Teori terbentuknya migas terdiri dari : teori anorganik (abiogenesa) dan teori organik (biogenesa).

1. Teori Anorganik/Abiogesa
Teori ini mempercayai bahwa minyak bumi terbentuk bukan dari jasad organik tetapi proses kimia yang terjadi di alam.

1.2. Teori Alkali Panas dengan CO2 (Berthelot, 1866)
Hipotesa teori ini menyatakan bahwa menganggap di dalam bumi terdapat logam alkali dalam keadaan bebas dan bertemperatur tinggi. Jika karbondioksida yang datang dari udara bersentuhan dengan alkali panas, maka akan terbentuk benzena (C6H6).

1.3 Teori Karbida Panas dan Air (Mendeleyeff, 1877)
Teori ini beranggapan bahwa di dalam kerak bumi terdapat karbida besi, kemudian air yang masuk ke dalam kerak bumi membentuk hidrokarbon yang membentuk minyak bumi.

1.4 Teori EmanasiVolkanik (Von Humbolt, 1805 dan Coste, 1903)
Teori ini menganggap bahwa hidrokarbon berasal dari magma dan keluar melalui patahan yang menghasilkan gunung api lumpur dan gunung api vulkanik.

1.5 Hipotesa Asal Kosmis
Teori ini menyatakan bahwa adanya kemungkinan hidrokarbon berasal dari luar angkasa/kosmis, hal ini diperkuat dengan ditemukannya hidrokarbon didalam meteorit.


TEORI ORGANIK / BIOGENESA
Teori organik adalah teori yang mempercayai bahwa minyak bumi berasal dari jasad organik dan tumbuhan. P.G. Macquir (1758) adalah Sarjana dari Perancis yang pertama kali menyatakan pendapat bahwa minyak bumi berasal dari tumbuh-tumbuhan dan kemudian pendapat ini didukung oleh ahli-ahli lainnya.
Tumbuhan/hewan laut ►Terutama Plankton ►mati ►teronggok di dasar laut ► tertimbun sedimen halus ►terawetkan ► fosil ► proses ini berlangsung terus-menerus.
Menurut Teori Organik, proses pembentukan minyak bumi terdiri dari tiga fase :
1. Pembentukannya sendiri yang terdiri dari :
a. Pengumpulan zat organik didalam sedimen
b. Pengawetan zat organik di dalam sedimen
c. Transformasi zat organik menjadi minyak bumi.
2. Migrasi minyak bumi yang terbentuk dan tersebar di dalam batuan sedimen ke perangkap dimana minyak terdapat.
3. Akumulasi minyak bumi yang terdapat pada lapisan sedimen sehingga terkumpul dan menjadi akumulasi yang komersil.

Power System

Sistem tenaga pada operasi pemboran terdiri dari dua subkomponen utama, yaitu :
(1) Power suplay equipment, yang dihasilkan oleh mesin-mesin besar yang dikenal sebagai "Prime Move” (penggerak utama).
(2) Distribution (tranmission) equipment, yang berfungsi meneruskan tenaga yang diperlukan untuk operasi pemboran. Sistem tranmisi dapat dikerjakan dengan salah satu dari sistem, yaitu sistem tranmisi mekanis dan sistem tranmisi listrik.

1. PRIME MOVER UNIT
Hampir semua rig menggunakan “Internal combustion engines". Penggunaan mesin ini di tentukan oleh besarnya tenaga pada sumur yang didasarkan pada casing program dan keadaan sumur. Tenaga yang dihasilkan prime mover berkisar antara 500 sampai 5000 hp.
Letak prime mover tergantung dari beberapa faktor :
(1) Sistem tenaga tranmisi yang digunakan
(2) Ruang yang tersedia, dsb.

Beberapa letak prime mover adalah :
• Di bawah rig
• Di atas lantal bor
• Di samping (disisi rig) :
(a) diatas tanah
(b) diatas lantal bor
(c) pada struktur yang terpisah jauh dari rig.

Jumlah unit mesin yang diperlukan :
(1) Dua atau tiga, pada umumnya operasi pemboran memerlukan dua atau tiga
mesin.
(2) Empat, untuk pemboran yang lebih dalam memerlukan tenaga yang lebih
besar sehingga mesin yang diperlukan dapat mencapai empat mesin.
Jenis mesin yang digunakan :
(1) Diesel (compression) engines
(2) Gas (spark ignition) engines



1.1 DISTRIBUSI TENAGA PADA RIG
Rig tidak berfungsi dengan baik bila distribusi tenaga yang diperoleh tidak mencukupi. Sebagian besar tenaga yang dihasilkkan mesin didistribusikan untuk drawwork, Rotary rable dan mud pumps. Disamping itu juga diperlukan untuk penerangan, instrumen rig, engine fans, air conditioner, tenaga tranmisi.
Tenaga tranmisi oleh satu mesin atau lebih harus diteruskan ke komponen-komponen utama rig, yaitu sistem pengangkatan, sistem putar dan sistem sirkulasi.
Transmisi tenaga ini dilakukan dengan salah satu metode sbb :
• Mechanical power tranmission
• Electrical power Tranmission

1.2. Mechanical Power Transmission.
Mechanical power tranmission (tranmisi tenaga mekanik) berarti tenaga yang dihasilkan oleh mesin-mesin harus diteruskan secara mekanis.
Proses transmisi ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
• Tenaga yang dihasilkan oleh primme mover harus dihubungkan bersama-sama dengan mesin-mesin yang lain untuk mendapatkan tenaga yang mencukupi. Hal ini dilakukan dengan Hydraulic coupling (torque conventers) jang dihubungkan bersama-sama (compounded).
• Tenaga ini kemudian diteruskan melalui sistim roda gigi (elaborate sprocket) dan chain linking system (sistem rantai), yang secara fisik mendistribusikan tenaga ke unit-unit yang membutuhkan tenaga.
• System ini sekarang banyak digantikan dengan Electric Power Transmission.

1.3. Electric Power Transmission
Sebagian besar drilling rig menggunakan Diesel electric dan tenaga listrik yang harus dialirkan melalui kabel.
Pada sistem diesel electric mesin diesel digunakan tenaga listrik dari generator listrik, yang dipasang di depan block. Generator menghasilkan arus listrik, yang dialirkan melalui kabel ke suatu "Control Unit”.
Dari control cabinet, tenaga listrik diteruskan melalui kabel tambahan ke motor listrik yang langsung dihubungkan ke sistem peralatan.
Beberapa keuntungan penggunaan electric power transmission :
(1) Lebih fleksibel letaknya
(2) Tidak memerlukan rantai penghubung
(3) Umumnya lebih kompak dan portabel.



Electrical Power Unit



Power System

Sistem Pengangkatan (Hoisting System)

Sistem pengangkatan (hoisting system) merupakan salah satu komponen utama dari peralatan pemboran. Fungsi utamanya adalah ruang kerja yang cukup untuk pengangkatan dan penurunan rangkaian pIpa bor dan peralatan lainnya. Sistem Pengangkatan terdiri dari dua sub kompunen utama, yaitu :
(1) Struktur penyangga (Supporting Struktur), lebih dikenal dengan nama "rig",
meliputi :
• Drilling tower (Derrick atau Mast).
• Substructure.
• Rig Floor.
(2) Peralatan Pengangkat (Hoisting Equipment), meliputi :
• Drawwork
• Overhead tool (Crown Block, Travelling Block, Hook, Elevatore).
• Drilling line.

STRUKTUR PENYANGGA (Supporting Structure)

Struktur penyangga (rig) adalah konstruksi menara kerangka baja yang ditempatkan diatas titik bor, berfungsi untuk menyangga peralatan-peralatan pemboran.
Struktur penyangga terdiri dari :
• Substructure.
• Lantai bor (rig floor).
• Menara pemboran (drilling tower) yang ditempatkan diatas struktur dan lantai bor.

1. Substructure
Substructure adalah konstruksi kerangka baja sebagai platform yang dipasang langsung diatas titik bor. Substructure memberikan ruang keria bagi peralatan dan pekera diatas dan dibawah lantai bor.
Tinggi substructure ditentukan oleh jenis rig dan ketinggian blow out Preventer Stack .
Substructure mampu menahan beban yang sangat besar, yang ditimbulkan oleh derrick atau mast, peralatan pengangkatan, meja putar, rangkain pipa bor (drillipipe. drillcollar dan sebagainya) dan beban lainnya.


2. Lantai Bor (Rig Floor)
Lantai bor ditempatkan diatas substructure yang berfungsi untuk :
• Menampung peralatan-peralatan pernboran yang kecil-kecil
• Tempat berdirinya menara
• Mendudukkan drawwork
• Tempat kerja driller dan rotary helper (roughneck).
Bagian Ini penting dalarn perhitungan keadaan sumur karena titik nol pemboran dimulai dari lantai bor.
Susunan lantai bor terdiri dari :
• Rotary table : memutar rangkaian pipa bor (drill pipe, drill collar dan bit).
• Rotary drive : meneruskan (memindahkan) daya dari drawwork ke meja putar (rotary table)
• Drawworks : merupakan " hoisting mechanisme " pada rotary drilling rig.
• Drilles console : merupakan pusat instrumentasi dari rotary drilling rig.
• Make up and Break out tongs : kunci-kunci besar yang digunakan untuk menyarnbung atau melepas bagian-bagian drill pipe dan drill collar.
• Mouse hole : lubang dekat rotary table pada lantai bor, dimana drill pipe ditempatkan pada saat dilakukan penyambungan dengan kelly dan rangkaian pipa bor.
• Rat hole : lubang dekat kaki menara pada lantai bor dimana kelly di tempatkan pada saat berlangsung "cabut pasang pipa" (round trip).
• Dog House: merupakan rumah kecil yang digunakan sebagai ruang, kerja driller dan penyimpanan alat-alat kecil lainnya.
• Pipe ramp (V ramp) : merupakan jembatan penghubung antara catwalk dengan rig floor, berfungsi lintasan pipa bor yang ditarik ke lantai bor.
• Catwalk : merupakan jembatan penghubung antara pipe rack dengan v ram, berfungsi untuk menyimpan pipa yang akan ditarik ke lantai bor lewat v ramp.
• Hydraulic cathead : digunakan untuk menyambung dan melepas sambungan jika dipasang drillpipe yang besar atau drill collar akan ditambahkan atau dikurangi dari drill stem pada saat "perjalanan” / Tripping yaitu masuk atau keluar dari sumur bor.






3. Menara Pemboran (Drilling Tower)
Fungsi utama menara adalah untuk mendapatkan ruang vertikal yang cukup untuk menaikkan dan menurunkan rangkaian pipa bor dan casing kedalam lubang bor selama operasi pemboran berlangsung. Oleh karena itu tinggi dan kekuatannya harus disesuaikan dengan keperluan pemboran.
Menara ini kalau dilihat dari keempat sisinya, konstruksi berbeda. Sisi dimana drawwork berada selalu berlawanan dengan pipa ramp maupun pipe rack.
Ada dua tipe menara :
(1). tipe standart Derrick.
(2). tipe portable Mast.
Bagian-bagian menara yang penting
• Gine pole : merupakan tiang kaki dua atau tiga yang berbeda di puncak menara, berfungsi untuk memberikan pertolongan pada saat menaikkan dan memasang crown block (gine pole hanya dipasang, menara tipe standard).
• Water table : merupakan lantai dipuncak menara yang berfungsi untuk mengetahui bahwa menara sudah berdiri tegak.
• Cross bracing : berfungsi untuk penguat menara, ada yang berbentuk k dan x
• Tiang menara : merupakan empat tiang yang berbentuk menara, berbentuk segi tiga sama kaki, berfungsi sebagai penahan terhadap semua beban vertikal dibawah menara dan beban horisontal (pengaruh angin dan sebagainya).
• Girt, merupakan sabuk menara, berfungsi sebagai penguat menara.
• Monkey board platform berfungsi sebagai :
o tempat kerja bagi derrickman pada waktu cabut atau menurunkan rangkaian pipa bor.
o tempat menyandarkan bagian rangkaian pipa bor yang kebetulan sedang tidak digunakan (pada saat dilakukan cabut pipa).

3.1. Menara tipe standard (Derrick)
Jenis menara ini tidak dapat didirikan dalam satu unit, tetapi sistem pendiriannya disambung satu-persatu (bagian-bagian). Demikian jika dibandingkan harus melepas dan memasang bagian-bagian tersebut, kecuali untuk jarak yang tidak terlalu jauh dapat digeserkan. Menara jenis ini banyak digunakan untuk pemboran dalam, dimana membutuhkan lantai yang luas untuk tempat pipa, pemboran di tengah-tengah kota, daerah pegunungan dan pemboran dilepas pantai dimana tidak tersedia ruang yang cukup untuk mendirikan satu unit penuh.

3.2. Menara tipe Portable (Mast).
Jenis menara ini posisi berdiri dari bagian yang dikaitkan satu sama lain dengan las/sekrup (biasanya terdiri dari dua tingkat), tipe menara ini dapat didirikan menara ditahan oleh teleskoping dan diperkuat oleh tali-tali yang ditambatkan secara tersebar. Tipe menara ini jika dibandingkan dengan menara standard mempunyai kelebihan, karena lebih murah, mudah dan cepat untuk mendirikannya, serta biasanya transportnya murah, tetapi penggunaannya terbatas pada pemboran yang tidak terlalu dalam (dangkal).

PERALATAAN PENGANGKATAAN (HOISTING EQUIPMENT).

1. Drawwork
Drawwork merupakan otak dari suatu unit pemboran, karena melalui drawwork ini seorang driller melakukan dan mengatur operasi pemboran. sebenarnya drawwork adalah merupakan suatu sistem transmisi yang kompleks, sebagai gambaran adalah seperti sistem transmisi pada mobil (gear block).
Drawwork akan berputar bila dihubungkan dengan prime mover (mesin penggerak). Konstruksi drawwork tergantung dari beban yang harus dilayani, biasanya didesain dengan horsepower (HP) dan kedalaman pemboran, dimana kedalaman disini harus disesuaikan dengan jenis drillpipenya. Drawwork biasanya ditempatkan dekat meja putar.
Fungsi utama drawwork adalah untuk :
(1) Meneruskan tenaga dari prime mover (power system) ke rangkaian pipa bor
selama operasi pemboran berlangsung.
(2) Meneruskan tenaga dari prime mover ke rotary drive
(3) Meneruskan tenaga dari prime mover ke catheads untuk menyambung atau
melepas bagian-bagian rangkaian pipa bor.

Komponen-komponen utama drawwork terdiri dari
• Revolling drum : merupakan suatu drum untuk menggulung kabel bor (drilling
line).
• Breaking system : terdiri dari rem mekanis utama dan rem pembantu hidrolis
atau listrik, berfungsi untuk memperlambat atau menghentikan gerakan kabel
bor.
• Rotary drive : berfungsi untuk meneruskan tenaga dari drawwork ke meja
putar.
• Catheads : berfungsi untuk mengangkat atau menarik beban-beban ringan rig
floor dan juga berfungsi untuk menyambung atau melepas sambungan pipa
bor.
2. Overhead tools
Overhead tool meliputi :
(1) Crown Block : merupakan kumpulan roda yang ditempatkan pada puncak menara (sebagai blok yang diam).
(2) Travelling Block : merupakan kumpulan roda yang digantung dibawah crown block, diatas lantai bor (sebagai blok yang bergerak naik turun)
(3) Hook : berfungsi untuk mengantungkan swivel dan rangkaian pipa bor selama operasi pemboraan borlangsung
(4) Elevator merupakan klem (penjepit) yang ditempatkan (digantungkan) pada salah satu sisi travelling block atau hook dengan elevator link berfungsi untuk menurunkan atau menaikan pipa bor dari lubang bor.

3. Drilling Line
Drill line sangat penting dalam operasi pemboran karena berfungsi untuk menahan atau menarik beban yang diderita oleh hook. Untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi karena keausan maka dibuat "cut off program". Cut off program ini dibuat berdasarkan kekuatan kabel terhadap tarikan dan dinyatakan dengan ton mile yang diderita kabel.
Beban-beban berat yang diderita oleh drilling cable terjadi pada saat
• Cabut dan masuk drill string (round trip)
• pemasangan casing (running casing)
• Operasi pemancingan (fishing job)
Susunan drilling line terdiri dari :
• Reveed “drilling line” : tali yang melewati roda-roda crown block dan roda-
roda travelling block
• Dead line : tali tidak bergerak yang ditambatkan pada substructure (tali mati).
• Deadline anchor : biasanya ditempatkan berlawanan bersebrangan dengan
drawwork dan diclamp substructure
• Storage or Supply : biasanya ditempatkan pada jarak yang dekat dengan
rig.

Exploration and Drilling

When 3D seismic has been completed, it is time to drill the well. Normally dedicated drilling rigs either on mobile onshore units or offshore floating rigs are used. Larger production platforms may also have their own production drilling equipment. The main components of the drilling rig are the Derrick, Floor, Drawworks, Drive and Mud Handling. The control and power 22 can be hydraulic or electric.
Earlier pictures of Drillers and Roughnecks working with rotary tables (bottom drives) are now replaced with top drive and semi automated pipe handling on larger installations. The hydraulic or electric top drive hangs from the derrick crown and gives pressure and rotational torque to the drill string. The whole assembly is controlled by the drawworks. Photo: Puna Geothermal Venture The Drill String is assembled from pipe segments about 30 meters (100 feet) long normally with conical inside threads at one end and outside at the other. As each 30 meter segment is drilled, the drive is disconnected and a new pipe segment inserted in the string. A cone bit is used to dig into the rock. Different cones are used for different types of rock and at different stages of the well. The picture shows roller cones with inserts (on the left); other bits are PDC (polycrystalline diamond
compact, on the right) and Diamond Impregnated. Photo: Kingdream PLC As the well is sunk into the ground, the weight of the drill string increases and might reach 500 metric tons or more for a 3000 meterdeep well. The drawwork and top drive must be precisely controlled not to overload and break the drillstring or the cone. Typical values are 50kN force on the bit and a torque of 1-1.5 kNm at 40-80 RPM for an 8 inch cone. ROP (Rate of Penetration) is very dependant on depth and could be as much as 20 meters per hour for shallow sandstone and dolomite (chalk) and as low as 1 m/hour on deep shale rock and granite. Directional drilling is intentional deviation of a well bore from the vertical. It is often necessary to drill 23 at an angle from the vertical to reach different parts of the formation. Controlled directional drilling makes is possible to reach subsurface areas laterally remote from the point where the bit enters the earth. It often involves the use of a drill motor
driven by mud pressure mounted directly on the cone (Mud Motor, Turbo Drill, and Dyna-Drill), whipstocks: a steel casing that will bend between the drill pipe and cone, or other deflecting rods. Also used for horizontal wells and multiple completions, where one well may split into several bores. A well which has sections more than 80 degrees from the vertical is called a horizontal well. Modern wells are drilled with large horizontal offsets to reach different parts of the structure and
achieve higher production. The world record is more than 15 kilometers. Multiple completions allows production from several locations. Wells can be any depth from almost at the surface to a depth of more than 6000 meters. The oil and gas typically formed at 3000-4000 meters depth, but the overlying rock can since have eroded away. The pressure and temperature generally increases with increasing depth, so that deep wells can have more than 200 deg C temperature and 90 MPa pressure (900 times atmospheric pressure), equivalent to the hydrostatic pressure set by the distance to the surface., The weight of the oil in the production string reduces the wellhead pressure. Crude oil has a specific weight of 790 to 970 kg per cubic meter. For a 3000 meter deep well with 30 MPa downhole pressure and normal crude oil at 850 kg/m3, the wellhead static pressure would only be around 4,5 MPa. During production the pressure would go down further due resistance to flow in the reservoir and well. The mud enters though the drill pipe, through the cone and rises in the uncompleted well. The Mud serves several purposes:
• Bring rock shales (fragments of rock) up to the surface
• Clean and Cool the cone
• Lubricate the drill pipe string and Cone
• Fibrous particles attach to the well surface to bind solids
• Mud weight should balance the downhole pressure to avoid leakage of gas
and oil. Often, the well will drill though smaller pockets of hydrocarbons which may cause “a blow out” if the mud weight cannot balance the pressure. The same might happen when drilling into the main reservoir. To prevent an uncontrolled blow out, a subsurface safety valve is often installed.
This valve has enough closing force to seal the well and cut the drill string in an uncontrollable blow-out situation. However unless casing is already also in place, hydrocarbons may also leave though other cracks in the in the well and rise to the surface through porpus or cracked rock. In addtion to fire and polution hazards, dissolved gas in seawater rising under a floating structure significantly reduces buoyancy. 24 The mud mix is a specialist brew designed to match the desired flow viscosity, lubrication properties and specific gravity. Mud is a common name used for all kinds of fluids used in drilling completion and workover, It can be Oil Base, Water Base or Synthetic and consists of powdered clays such as bentonite, Oil, Water and various additives and chemicals such as caustic soda, barite (sulphurous mineral), lignite (brown coal), polymers and emulsifiers. Photo: OSHA.gov A special high density mud called Kill Fluid is used to shut down a well for workover. Mud is recirculated. The coarse rock shales are separated in a shale shaker, the mud could then pass though finer filters and recalibrated with new additives before returning to the mud holding tanks

Well losses vs Aquifer Losses

The components of observed drawdown in a pumping well was first described by Jacob (1947), and the test was refined independently by Hantush (1964) and Bierschenk (1963) as consisting of two related components,
s = BQ + CQ2,
where s is drawdown (units of length e.g., m), Q is the pumping rate (units of volume flowrate e.g., m³/day), B is the aquifer loss coefficient (which increases with time — as predicted by the Theis solution) and C is the well loss coefficient (which is constant for a given flow rate).
The first term of the equation (BQ) describes the linear component of the drawdown; i.e., the part in which doubling the pumping rate doubles the drawdown.

The second term (CQ2) describes what is often called the 'well losses'; the non-linear component of the drawdown. To quantify this it is necessary to pump the well at several different flow rates (commonly called steps). Rorabaugh (1953) added to this analysis by making the exponent an arbitrary power (usually between 1.5 and 3.5).

To analyze this equation, both sides are divided by the discharge rate (Q), leaving s / Q on the left side, which is commonly referred to as specific drawdown. The right hand side of the equation becomes that of a straight line. Plotting the specific drawdown after a set amount of time (Δt) since the beginning of each step of the test (since drawdown will continue to increase with time) versus pumping rate should produce a straight line.

\frac{s}{Q} = B + CQ

Fitting a straight line through the observed data, the slope of the best fit line will be C (well losses) and the intercept of this line with Q = 0 will be B (aquifer losses). This process is fitting an idealized model to real world data, and seeing what parameters in the model make it fit reality best. The assumption is then made that these fitted parameters best represent reality (given the assumptions that went into the model are true).

Senin, 25 Mei 2009

Measurement While Drilling "MWD" Services


• Measurement While Drilling "MWD" systems are installed in the drill string to provide real time measurements of basic trajectory parameters such as inclination, direction, tool-face and temperature. Additional sensors such as pressure,and gamma-ray and resistivity may be added depending upon the specific tool type and/or application.
MWD tools consist of three basic sections;
• Power Supply - Generally most tools are powered by lithium batteries or in some cases down-hole generators (turbines).
• Sensor Section - Hole trajectory is measured by a sensor stack that has 3 accelerometers and 3 magnetometers. The inclination and roll (gravity tool-face) of the tool is made by gravity based measurement devices called accelerometers. For simplicity's sake, they may be considered to be an electronic plumb-bob. Magnetometers measure the earths local magnetic field. Combined with inclination sensors the tool can provide a reference direction to magnetic north, this is corrected for true north by adding the localized value for magnetic declination. Other sensors such as pressure, gamma-ray, and resistivity are typically housed in separate dedicated tool sections.
• Transmitter - Current day MWD tools transmit in one of two basic manners, by sending pressure waves through the drilling mud (mud pulse) or by transmitting electromagnetic "EM" signals through the earth to surface.
• Mud Pulse
Mud pulse tools operate by either opening or closing a valve in the tool that creates either a pressure surge (positive pulse) or drop (negative pulse). The data from the sensor section is encoded to one of a variety of formats (i.e. binary). Pressure signals in the range of 10-50 psi are detected at surface by a transducer, and the data decoded into useable information. Mud pulse tools have no practical depth limitation but are dependant upon the drilling fluid utilized and are relatively slow as compared to EM MWD systems. The tools do not function in under-balanced drilling where nitrogen or air is used as a drilling fluid. Both the negative and positive pulse systems add pressure increases to the circulating system, typically ranging from 150 up to 350 psi dependant upon the system type.
• EM MWD
Electro-Magnetic MWD systems use the same basic sensors and power supplies as the mud pulse systems. The main difference is in the transmission of data. Rather than use the drilling mud to send pressure waves, the tool sends either a magnetic pulse or electrical current through the ground to the surface. On surface the data is received through ground antennas and the data processed. EM systems are significantly faster (10x) than conventional mud pulse. In addition data can be sent at any time (not just when the rig pumps are circulating). The net result is faster overall drilling times. In addition the EM systems are the only practical method to drill under-balance wells involving the use of air, nitrogen, and foam. EM systems have no moving parts and do not create significant restrictions in the drill string. As a result the reliability is significantly higher, and damage from erosion caused by drill solids is minimal. EM tools do have depth limitations, which are a function of how much power can be supplied by batteries for the duration of the drilling interval, and at higher power settings the battery costs may be significant.

MWD (Measurement While Drilling)

MWD adalah proses mengambil data beberapa parameter fisik sumur sembari membor sumur & secara real-time.
Data2 yg dapat diperoleh adalah:
1. Properti formasi: resistivity, porosity & density (ini disebut juga LWD: Logging-While-Drilling).
2. Survey trayektori lubang sumur: inklinasi, azimut & "tool-face".
3. Data "drilling mechanics": "weight-on-bit" & "torque-on-bit".
Seperangkat sensor/transmitter/receiver yg dipasang pada MWD tools (di atas drill bit) akan mengukur temperatur, pressure, inklinasi, dsb. Data tsb lalu dikirim ke permukaan yg umumnya memakai prinsip mud-pulse telemetry (mengirim sinyal analog lewat kolom lumpur di dalam lubang sumur, nah lho !). Data tsb juga disimpan dalam memory di dalam tool utk diretrieve nanti di permukaan. Di permukaan, ada seperangkat sensor/transduser yg akan menangkap mud-pulse tsb lalu oleh komputer dikonversi menjadi data digital, dikirim ke komputer lain utk diolah, direcord & ditampilkan utk interpretasi. Cara telemetry lainnya adalah memakai kabel wireline.
Kelebihan utama MWD adalah operator dapat mengetahui berbagai properti sumur & formasi secara real-time pada saat drilling.

Asal Mula Terjadinya Panas Bumi (geothermal)

Panas Bumi Kamojang , Garut
Kalau ke Garut jangan lupa mampir ke Kamojang. Pemandangan di tepi jalan dari Garut ke sana sungguh cantik.
Kamojang Geyser is located 25km east of Garut City. The unique one of this place is a lot of geyser fountain that burst hot steam and water from the earth. There are 23 active geysers in mud pool that the fountain reach 20 meter to the air.
This place is located in 25ha woods that cool and tranquil. The Kamojang Geyser use since Dutch era, one of them named as Locomotive geyser as the sound is noisy like steam driven locomotive. Some of the geyser has been used as electricity generation Panas Bumi Kamojang , Garut
Kalau ke Garut jangan lupa mampir ke Kamojang. Pemandangan di tepi jalan dari Garut ke sana sungguh cantik. Kamojang Geyser is located 25km east of Garut City. The unique one of this place is a lot of geyser fountain that burst hot steam and water from the earth. There are 23 active geysers in mud pool that the fountain reach 20 meter to the air. This place is located in 25ha woods that cool and tranquil. The Kamojang Geyser use since Dutch era, one of them named as Locomotive geyser as the sound is noisy like steam driven locomotive. Some of the geyser has been used as electricity generation with the total 140MW. with the total 140MW.

Komposisi Minyak Bumi

Komposisi
Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses distilasi, yang kemudian, setelah diolah lagi, menjadi minyak tanah, bensin, lilin, aspal, dll.
Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawaan hidrogen dan karbon.
Empat alkana teringan- CH4 (metana), C2H6 (etana), C3H8 (propana), dan C4H10 (butana) - semuanya adalah gas yang mendidih pada -161.6°C, -88.6°C, -42°C, dan -0.5°C, berturut-turut (-258.9°, -127.5°, -43.6°, dan +31.1° F).
Rantai dalam wilayah C5-7 semuanya ringan, dan mudah menguap, nafta jernih. Senyawaan tersebut digunakan sebagai pelarut, cairan pencuci kering (dry clean), dan produk cepat-kering lainnya. Rantai dari C6H14 sampai C12H26 dicampur bersama dan digunakan untuk bensin. Minyak tanah terbuat dari rantai di wilayah C10
Minyak pelumas dan gemuk setengah-padat (termasuk Vaseline®) berada di antara C16 sampai ke C20.
Rantai di atas C20 berwujud padat, dimulai dari "lilin, kemudian tar, dan bitumen aspal.
Titik pendidihan dalam tekanan atmosfer fraksi distilasi dalam derajat Celcius:
• minyak eter: 40 - 70 °C (digunakan sebagai pelarut)
• minyak ringan: 60 - 100 °C (bahan bakar mobil)
• minyak berat: 100 - 150 °C (bahan bakar mobil)
• minyak tanah ringan: 120 - 150 °C (pelarut dan bahan bakar untuk rumah tangga)
• kerosene: 150 - 300 °C (bahan bakar mesin jet)
• minyak gas: 250 - 350 °C (minyak diesel/pemanas)
• minyak pelumas: > 300 °C (minyak mesin)
• sisanya: tar, aspal, bahan bakar residu
Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa minyak adalah zat abiotik, yang berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi berasal dari zat anorganik yang dihasilkan secara alami dalam perut bumi. Namun, pandangan ini diragukan dalam lingkungan ilmiah.

Minyak Bumi

Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus – karang dan oleum – minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak Bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.

Eksplorasi Seismik



Eksplorasi seismik adalah istilah yang dipakai di dalam bidang geofisika untuk menerangkan aktifitas pencarian sumber daya alam dan mineral yang ada di bawah permukaan bumi dengan bantuan gelombang seismik. Hasil rekaman yang diperoleh dari survei ini disebut dengan penampang seismik.
Eksplorasi seismik atau eksplorasi dengan menggunakan metode seismik banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan minyak untuk melakukan pemetaan struktur di bawah permukaan bumi untuk bisa melihat kemungkinan adanya jebakan-jebakan minyak berdasarkan interpretasi dari penampang seismiknya.
Di dalam eksplorasi seismik dikenal 2 macam metode, yaitu:
1. Metode seismik pantul
2. Metode seismik bias

Cadangan Minyak Terbesar



Warsito

Ungkapan Kolonel Potts tahun 1888, bahwa jika salah satu dari tiga sektor utama bisnis minyak, yaitu produksi, distribusi, dan pemasaran, dikuasai, maka dua sektor lain akan dikuasai pula, telah menjadi sumber inspirasi bagi John D Rockefeller dalam mengelola perusahaannya, Standard Oil, yang merajai bisnis perminyakan pada awal abad ke-20.
Nama Standard Oil sekarang sudah tidak ada, tetapi jelmaan perusahaan minyak raksasa Amerika itu masih tetap menguasai bisnis yang menentukan dinamika politik dan perekonomian dunia hingga sekarang.
Rockefeller pantas bersumpah serapah ketika dikenai undang-undang antimonopoli (Antitrust Act) oleh Pemerintah Amerika Serikat pada tahun 1911 sehingga dia terpaksa memecah perusahaannya menjadi 35 buah, yang kebanyakan dengan nama singkatan SO, seperti SOHIO untuk Ohio, SOCONY untuk New York, Esso yang kemudian berubah menjadi Exxon, dan lain-lain. Perusahaan-perusahaan pecahan itu di kemudian hari mengalami merger lagi, seperti Exxon dan Mobil (gabungan SOCONY dan Vacuum Oil) menjadi ExxonMobil pada tahun 2000.
Rockefeller hingga anak keturunannya sampai sekarang telah menguasai ketiga sektor bisnis minyak secara keseluruhan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang 90 persen lebih produksi minyak mentahnya dikuasai asing.

Menguasai transportasi
Rockefeller memulai bisnisnya di Cleveland, Ohio, pada akhir 1800-an dengan menyewakan ratusan truk tangki pengangkut minyak mentah kepada perusahaan pengeboran minyak dari sumur minyak yang baru ditemukan saat itu. Perusahaan Rockefeller, Union Tanker Car, yang memiliki paten desain truk tangki (seperti yang sekarang digunakan Pertamina untuk mengangkut BBM), menguasai transportasi minyak mentah dari lokasi pengeboran di daerah Ohio ke tempat pengilangan minyak di New York.
Rockefeller sebenarnya bukanlah seorang ahli perminyakan. Dia hanyalah menyewakan truk tangki dan memperoleh keuntungan dari membeli ladang minyak dan kilang minyak dengan harga yang dipaksakan. Hal itu baru ketahuan setelah beberapa dekade kemudian.
Truk tangki buatan Union Tanker Car menjadi mesin uang saat itu menggantikan truk bak terbuka dari kayu, yang banyak dipakai sebelum tangki minyak ditemukan. Beberapa bulan setelah produksi dan pengangkutan mulai berjalan, dan setelah perusahaan-perusahaan pengilangan minyak baru selesai membangun kilang baru untuk menampung aliran minyak yang melimpah, Union Tanker membatalkan kontrak penyewaan angkutan tangkinya. Karena tidak ada perusahaan penyewaan lain, dalam beberapa bulan setelah melakukan investasi besar-besaran banyak perusahaan pengeboran dan pengilangan minyak yang terancam mengalami kebangkrutan. Kemudian Rockefeller mendatangi perusahaan-perusahaan yang dalam kondisi sekarat itu dan membelinya dengan harga yang sangat murah melalui lembaga keuangan Standard Oil.
Antara tahun 1900-1910 Standard Oil menguasai hampir seluruh ladang minyak di California, Texas, Arkansas, New Jersey, Ohio, dan beberapa negara bagian lain. 90 persen bisnis minyak Amerika saat itu berhasil dimiliki atau dikuasainya.
Untuk menghadapi undang-undang antimonopoli Pemerintah Amerika, Rockefeller kemudian mengambil sebagian besar asetnya untuk membentuk 12 bank, yang kemudian disebut Federal Reserve (The Feds), pada tahun 1911. Dua tahun kemudian dia berhasil menjual ke-12 bank itu kepada Kongres Amerika. Sejak tahun 1913 seluruh pajak negara dibayar melalui bank swasta dalam sistem Federal Reserve.
Dengan demikian, meskipun Standard Oil telah dipecah-pecah, Rockefeller masih tetap menguasai aset yang cukup untuk mendikte permainan politik Amerika dan dunia selama abad ke-20. Menurut Marshall Douglas Smith dalam tulisannya yang berjudul Black Gold Hot Gold (2001), perpolitikan dunia selama abad ke-20 sarat dengan skandal minyak. Dikatakan, Perang Dunia I dan II tidak lain juga hasil konspirasi Standard Oil bersama Shell dan British Petroleum (BP) untuk membagi-bagi peta ladang minyak dunia. Shell dan BP Oil sendiri juga merupakan perusahaan hasil merger atau telah diambil alih asetnya oleh pecahan perusahaan Standard Oil.
Perang Irak tidak lain juga merupakan sandiwara para pengusaha minyak raksasa multinasional. Majalah The Observer, yang terbit di London, menulis pada tanggal 26/1/2003, ChevronTexaco kemungkinan akan melaporkan kenaikan sebesar 300 persen. Chevron pernah merekrut hawkish Condoleezza Rice, Penasihat Keamanan Nasional Bush (sekarang Menlu AS), sebagai salah seorang anggota komisaris. Chevron sendiri awalnya juga merupakan gabungan dari dua pecahan perusahaan Standard Oil, yaitu Standard Oil California dan Standard Oil Kentucky.

Blok Cepu
Ceritanya beralih pada kasus Blok Cepu yang melibatkan ExxonMobil, yang merupakan penjelmaan Standard Oil 100 tahun yang lalu. Blok Cepu awalnya diusahakan oleh PT ####### Patra Gas (HPG) melalui technical assistance contract (TAC) dengan Pertamina. Dengan alasan tidak memiliki pendanaan yang cukup untuk mengeksploitasi cadangan minyak di blok itu, HPG kemudian melepas 49 persen sahamnya kepada Ampolex pada tahun 1997. Ampolex adalah perusahaan minyak yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh ExxonMobil.
Kontrak TAC HPG kemudian berubah menjadi TAC plus karena melibatkan investor asing. Menurut Kepala Badan Pengelolaan dan Pengawasan Kontraktor Asing (BPPKA) PT Pertamina Zuhdi Pane (Kompas, 28/2/ 2006), pelibatan investor asing dalam TAC sebenarnya tidak diperbolehkan secara peraturan perundang-undangan. Akan tetapi, pihak Ampolex melakukan pendekatan terhadap pemerintah Soeharto untuk diloloskan.
Dalam perkembangannya kemudian, Mobil Oil mengambil alih 100 persen saham ####### di Cepu melalui Ampolex dan kemudian merger dengan Exxon menjadi ExxonMobil. Setelah selesai kontrak tahun 2010, semestinya Blok Cepu 100 persen menjadi milik Pertamina. Padahal, dengan berlakunya UU Migas 22/2001, TAC yang ada tidak boleh diperpanjang lagi (Petroleum Report 2003, US Embassy).
Kenapa pihak ExxonMobil 'ngotot' untuk mengambil alih Blok Cepu dari PT HPG dan ingin memperpanjangnya hingga 30 tahun?
Cadangan prospektif Blok Cepu di kedalaman kurang dari 1.700 meter mencapai 1,1 miliar barrel, sedangkan cadangan potensial di kedalaman di atas 2.000 meter diperkirakan 11 miliar barrel. Dengan demikian, Blok Cepu mengandung cadangan minyak terbesar yang pernah ditemukan di Indonesia melampaui cadangan minyak di Indonesia secara keseluruhan, yang diperkirakan selama ini hanya sekitar 9,7 miliar barrel. Pihak ExxonMobil sudah barang tentu mengetahui hal ini. Adakah ExxonMobil lewat lobinya ke Pemerintah AS ikut menekan Indonesia hingga terjadi amandemen UUD 1945?
Tanggal 19 Mei 2003 majalah Time menulis, Selama lebih dari setengah abad, politik luar negeri AS yang berkaitan dengan minyak secara tipikal selalu manipulatif atau menyeleweng. Pola intrik yang dilancarkan AS mulai dari penulisan undang-undang secara rahasia hingga bentuk pelengseran sebuah pemerintahan yang mempunyai tingkat kebebasan terlalu tinggi dalam menangani penjualan minyaknya.
Menurut Marshall Douglas Smith juga, sebanyak 38 presiden Amerika terakhir seluruhnya adalah orang Standard Oil kecuali satu, Jimmy Carter.
Kontroversi Blok Cepu bukanlah pengecualian dari bentuk pola bisnis yang dikembangkan oleh ExxonMobil. Sungguh ironis, para pemimpin nasional kita menolak penguasaan Blok Cepu oleh bangsanya sendiri.
Warsito Research Scientist, The Ohio State University, USA, Ketua MITI (Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia)

Tantangan Dunia Perminyakan Dua Dekade Kedepan

Dalam pertemuan The 11th International Energy Forum (IEF) di Roma, Italia (20-22/4), OPEC memaparkan background paper (BP) tentang pandangan organisasi tersebut mengenai tantangan yang harus dihadapi oleh dunia perminyakan dalam dua dekade mendatang. Tujuan utama dari BP tersebut adalah tercukupinya kebutuhan pasar, dengan harga yang pantas serta adanya keuntungan yang seimbang bagi investor. OPEC menekankan perlunya dialog konstruktif, multilateral, dan tepat sasaran sebagai pijakan penting dalam menghadapi tantangan kompleks tersebut.

OPEC menyampaikan kekhawatirannya bahwa dalam jangka pendek dunia harus menghadapi terus berlanjutnya ketidakstabilan pasar minyak serta meningkatnya tingkat spekulasi yang menjadi pemicu principal driving force fluktuasi harga minyak global. Perkembangan itu telah mendorong harga minyak mentah menjadi seolah terpisah dari fundamental supply dan demand. OPEC juga memproyeksikan bahwa permintaan energi akan terus tumbuh di masa yang akan datang, serta minyak akan tetap dapat mempertahankan posisinya dalam world energy mix. Sumber minyak mentah dunia diperkirakan akan tetap dapat memenuhi proyeksi permintaan global, ditambah dengan adanya non-conventional oil yang dapat dieksploitasi.

Di tengah tingkat ketergantungan dan integrasi energi dunia yang semakin meningkat, OPEC menyerukan perlunya pendekatan realistis untuk mengembangkan renewable energy. Negara produsen minyak diperkirakan akan memerlukan akses yang lebih luas terhadap penggunaan teknologi terbaru yang mampu menopang program capacity expansion mereka. Melalui BP ini, OPEC berharap dapat membawa perubahan ke arah yang lebih produktif dalam The 11th International Energy Forum.

Tenaga Asing di Dunia Perminyakan

Seringkali saya berhadapan dengan para mahasiswa cerdas dan kritis. Biasanya kalau selesai mengunjungi salah satu kantor saya yang dulu maka dalam acara santai selalu ada ruang tanya jawab. "Mengapa masih menggunakan tenaga asing, apa bangsa dewek masih kurang pandai?."

Daripada mencari jawab mbulet alias melingkar macam anjing menggigit buntut sendiri, saya mengambil contoh henfon (ponsel). Pertama benda ini dekat dengan hidup manusia Indonesia. Komputer boleh butut atau tidak punya komputer bukan masalah asalkan henfon harus paling mutakhir. Padahal harga henfon bagus bisa seharga laptop baru.

Ketika kita baru dalam tahap gaptek sampai bangganya bisa menggunakan tuts alat komunikasi tersebut untuk mengirim pesan pendek, membuat video. Maka bangsa lain sudah siap dengan dagangan yang dipasarkan. Kalau sudah begini posisi tawarnya, apa mungkin kita mau naik rangking menjadi pencipta henfon.
Lalu saya memeragakan tangan sejajar mulut (posisi kita belajar mencet tuts), dan orang asing sana dengan meninggikan tangan di atas kepala. Jujur saja, kapan mau menyusulnya kalau kita selama ini hanya mengunyah buku karangan mereka dan menjadi sales marketing produksinya. Sekarang dibalik saja, tenaga Indonesia yang bekerja di luar negeri biar revans alias impas.
Kalau bicara soal tenaga kerja asing, terutama yang bekerja di bidang perminyakan Indonesia , perasaan saya menjadi melankolis, sentimental. Ujung-ujungnya tulisan menjadi nylekuthis van "matre"(kasihan deh Akiyu). Ditulis pakai "iy".

Betapa permainya para pekerja asing di Indonesia. Tidak terperikan. Mendapat perlindungan satpam selama 24 jam, rumah di kawasan elit seperti Menteng - Jakarta dengan AC guede sampai di ruang tamu, kendaraan dan pengemudi, pembantu yang selalu siap sedia. Ada blumbang (kolam) berair jernih. Dan tentunya liburan gratis ke manca negara.

Namun masa berganti ketika datang masalah saat perusahaan mulai keteteran memasuki awan gelap tebal "komulusnimbus" berupa masuknya pesaing baru yang lebih agresif seraya menawarkan harga menukik rendah tapi selamat (maunya).

Lantas muncul opsi mengatasi mendung finansial dengan mengadakan pemangkasan pekerja asing yang saat itu banyak dipekerjakan di perusahaan. Dengan kepergian mereka, diperlukan pengganti anak bangsa. Maka meluncurlah crash program sebab pengamatanku, orang Indo harus disurung-surung (dorong) dari lambung pesawat ragu-ragu sebelum berani mengembangkan payungnya. Hasilnya teman-teman menjadi pede menduduki kursinya. Terjadi penghematan yang significant kata orang keuangan.

Dasar kege'eran saya minta kecipratan hasil kerja. "Merasa sudah berbuat lebih dari permintaan pada perusahaan", merasa selama ini jadi cowboy tapi kalau ketemu musuh cuma modal plintheng atau katapel. Filosofinya, kalau soal meningkatkan kesejahteraan kita harus "fight"macam mbak Dita dari PRD. Rejeki bukan datang bak durian runtuh. Waktu itu saya minta inventaris kuda besi.

Hasilnya, bukan cipratan rizki, melainkan semprotan kegeraman dari para pimpinan. Saya malahan di jothak (tidak tegur sapa) oleh pimpinan jauh sebelum musimnya Ibu Megawati menjothak (memusuhi) SBY atau Soekarno menjothak Bung Hatta. Berhubung masih kinyas kinyis (baru nian) bekerja, sempat juga stres dan sakit tipus sehingga dirawat di rumah sakit untuk pertama kalinya.

Akhirnya dengan terpaksa saya mengundurkan diri sebab tahu tidak akan ada pesangon sampai kapanpun. Padahal semula dalam hati sudah kewetu terucap janji untuk bekerja sampai pensiun. Tapi gara-gara dijothak dan diberi tekanan-tekanan lainnya, saya mokong (membangkang) membelot menclok (hinggap, pindah) ke perusahaan lain pada 1997 yang langsung memberi mobil, laptop dan henfon.

Di perusahaan yang baru, masih seabrek mempekerjakan bule, saya cuma celegukan (menelan ludah) jadi pembaca fax penawaran sewa apartemen di Kemang yang aduhai, rincian biaya puluhan juta untuk bermain golf tiap minggu di luar kota dan biaya hotel serta akomodasinya, sewa mobil dan supir serta sebreg fasilitas aduhai khusus pekerja asing.
Entertemen di Bar dan Kafe yang berjuta-juta rupiah setiap malamnya. Tetapi jangan tanya soal kenaikan gaji pegawai, alasannya berbelit sampai-sampai ada yang sudah tiga tahun tidak pernah mendapat kenaikan upah walau satu benggol-pun.

Di sebuah pulau yang masih milik Indonesia, crew asing kami yang berani angkat bendera inspektur Takur lantas mengulur pita merah ala "Police Line" menolak kedatangan pekerja anak negeri dalam tim mereka. Alasannya permintaan pelanggan yang hanya ingin dilayani anak buah Sanjay, Thakur dan Rajiv. Herannya pelanggan kita juga lebih memilih diam. Bahkan usaha mengambil sebanyaknya sarjana dalam negeri selalu mendapat tantangan. Kartu As yang disorongkan adalah lulusan kita "Inggrisnya masih belepotan." Akhirnya orang Bolywood yang memang dari sononya sudah cas-cis-cus akhirnya membanjiri perusahaan kami.
Lantas apa peranan Departemen Tenaga Kerja? Seringkali kami ditegur, namun masih dalam tahap "setengah hati."

Sementara itu para manajer asing tetap agresif menyerang saya dengan mengatakan "terlalu mahal" untuk ukuran Indonesia apalagi kadang sering membangkang.
Sekali tempo perusahaan mengakusisi perusahaan lain. Sebuah kebanggaan pekerjanya. Lalu berita tersebut saya masukkan ke dalam website perusahaan. Lagi-lagi aku teguran keras. Lancang, padahal berita mengakuisisi perusahaan lain, kesannya super duper gitu, kok mau disimpan-simpan beritanya padahal sudah menjadi menjadi konsumsi publik perminyakan. Rupanya demokrasi yang diagungkan Barat hanya berlaku bagi orang lain. Kalau terkena diri sendiri cerita bisa berbalik 180 derajat.
Kesempatan membalas datang saat seorang Wakil Presiden perusahaan dipindahkan ke negara lain. Lalu seperti biasa diadakan pesta antara orang kantor di sebuah kafe Jakarta Selatan. Saya memilih pura-pura kerja lembur di kantor dan menolak hadir padahal jauh-jauh dia datang dari negeri OdeKolonye. Bule lainnya sudah bisik-bisik, "You are in deep shit" - ini bahasa kuli rig untuk "masalah besar."

Well Complation

Dalam operasi pemboran, well completion dilakukan pada tahap akhir. Setelah selesai melakukan pemboran, biasanya kita akan mengukur kondisi formasi sumur di bawah permukaan dengan wireline logging atau dengan Drill Stem Test. Apabila sumur bernilai ekonomis, maka kita bias melanjutkan well completion. Namun bila tidak ekonomis, maka sumur akan ditutup atau diabaikan dengan plug (bias juga dengan cement retainer). Jenis-jenis well completion adalah:

Open Hole Completion
Open Hole completion merupakan jenis well completion dimana pemasangan casing hanya diatas zona produktif sehingga formasi produktif dibiarkan tetap terbuka tanpa casing kebawahnya. Sehingga formasi produktif secara terbuka diproduksikan ke permukaan.
Keuntungan Open Hole Completion:
- Biaya murah dan sederahana
- Mudah bila ingin dilakukan Logging kembali
- Mudah untuk memperdalam sumur
- Tidak memerlukan biaya perforasi
Kerugian Open Hole Completion:
- Biaya perawatan mahal (perlu sand clean-up rutin)
- Sukar melakukan stimulasi pada zona yang berproduksi
- Tidak dapat melakukan seleksi zona produksi
- Batuan pada formasi harus Consolidated



Source: www.oil-gas.state.co.us

Cased Hole Completion
Cased Hole Completion merupakan jenis completion yang menggunakan casing secara keseluruhan hingga menutupi zona formasi produktif lalu dilakukan perforasi untuk memproduksikannya.
Keuntungan Cased Hole Completion:
- Bisa melakukan multiple completion
- Zona produktif antar lapisan tidak saling berkomunikasi sehingga memudahkan perhitungan flowrate tiap lapisan
- Lebih teliti dalam penentuan kedalaman subsurface equipment. Karena wireline logging dilakukan sebelum produksi.
- Sangat baik untuk diterapkan pada formasi produktif sandstone.
Kerugian Cased Hole Completion:
- Penambahan Biaya terhadap Casing, Cementing & Perforasi
- Kerusakan formasi akibat perforasi bisa mengakibatkan terhambatnya aliran produksi dan menurunkan produktivitas sumur.
- Efek cementing kurang baik dapat mengganggu stabilitas formasi
- Well deepening akan menggunakan diameter yang lebih kecil.



Source: www.virtualsciencefair.org

Liner Completion
Liner Completion merupakan jenis completion yang menggunakan casing yang digabungkan dengan liner pada zona formasi produktif. Penggunaan liner dikarenakan kedalaman formasi produktif dari casing tidak terlalu jauh (± 100 meter). Apabila pemasangan casing dimulai dari permukaan hingga kedalaman formasi yang dituju, maka pemasangan Liner dimulai dari beberapa meter dari zona terbawah casing. Kegunaan Liner yang utama adalah menjaga stabilitas lubang bor di subsurface. Liner completion terbagi 2, yaitu Screen Liner completion (penggunaan dengan liner pada umumnya) & Cemented Perforated Liner Completion (liner completion yang disemen dan dilakukan perforasi). Keuntungan Liner Completion adalah mengurangi biaya casing. Keuntungan lainnya hampir sama dengan Cased hole completion. (by.ADW)

Minggu, 24 Mei 2009

Proses Pengolahan Minyak Bumi



Minyak bumi bukan merupakan senyawa homogen, tapi merupakan campuran dari berbagai jenis senyawa hidrokarbon dengan perbedaan sifatnya masing-masing, baik sifat fisika maupun sifat kimia.
Proses pengolahan minyak bumi sendiri terdiri dari dua jenis proses utama, yaitu Proses Primer dan Proses Sekunder. Sebagian orang mendefinisikan Proses Primer sebagai proses fisika, sedangkan Proses Sekunder adalah proses kimia. Hal itu bisa dimengerti karena pada proses primer biasanya komponen atau fraksi minyak bumi dipisahkan berdasarkan salah satu sifat fisikanya, yaitu titik didih. Sementara pemisahan dengan cara Proses Sekunder bekerja berdasarkan sifat kimia kimia, seperti perengkahan atau pemecahan maupun konversi, dimana didalamnya terjadi proses perubahan struktur kimia minyak bumi tersebut.

Rantai Hidrokarbon Minyak Bumi
Seperti kita kitahui dalam Kimia Organik bahwa senyawa hidrokarbon, terutama yang parafinik dan aromatik, mempunyai trayek didih masing-masing, dimana panjang rantai hidrokarbon berbanding lurus dengan titik didih dan densitasnya. Semakin panjang rantai hidrokarbon maka trayek didih dan densitasnya semakin besar. Nah, sifat fisika inilah yang kemudian menjadi dasar dalam Proses Primer.
Jumlah atom karbon dalam rantai hidrokarbon bervariasi. Untuk dapat dipergunakan sebagai bahan bakar maka dikelompokkan menjadi beberapa fraksi atau tingkatan dengan urutan sederhana sebagai berikut :
1. Gas
Rentang rantai karbon : C1 sampai C5
Trayek didih : 0 sampai 50°C
Peruntukan : Gas tabung, BBG, umpan proses petrokomia.

2. Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon : C6 sampai C11
Trayek didih : 50 sampai 85°C
Peruntukan : Bahan bakar motor, bahan bakar penerbangan bermesin piston, umpan proses petrokomia

3. Kerosin (Minyak Tanah)
Rentang rantai karbon : C12 sampai C20
Trayek didih : 85 sampai 105°C
Peruntukan : Bahan bakar motor, bahan bakar penerbangan bermesin jet, bahan bakar rumah tangga, bahan bakar industri, umpan proses petrokimia

4. Solar
Rentang rantai karbon : C21 sampai C30
Trayek didih : 105 sampai 135°C
Peruntukan : Bahan bakar motor, bahan bakar industri

5. Minyak Berat
Rentang rantai karbon dari C31 sampai C40
Trayek didih dari 130 sampai 300°C
Peruntukan : Minyak pelumas, lilin, umpan proses petrokimia

6. Residu
Rentang rantai karbon diatas C40
Trayek didih diatas 300°C
Peruntukan : Bahan bakar boiler (mesin pembangkit uap panas), aspal, bahan pelapis anti bocor.

Melihat daftar trayek hidrokarbon diatas nampak ideal sekali, dimana perbedaan jumlah atom karbonnya sangat jelas. Tapi pada kenyataannya dengan teknologi sekarang kondisi diatas teramat sangat sulit dicapai…

Sejarah Pertamina

Sejarah Singkat Berdirinya Pertamina

Pada tahun 1945, Jepang, dengan disaksikan pihak Sekutu, menyerahkan Tambang Minyak Sumatera Utara kepada Indonesia. Daerah perminyakan ini adalah bekas daerah konsesi BPM sebelum Perang Dunia Kedua. Pada masa revolusi fisik, tambang minyak ini hancur total. Lapangan-lapangan minyak di daerah lain di Indonesia dapat dikuasai kembali oleh Belanda dan pihak asing berdasarkan hak konsesi, namun lapangan minyak di Sumatera Utara dan Aceh dapat dipertahankan bangsa Indonesia.

Semenjak kedaulatan Republik Indonesia diakui pada Desember 1949, hingga akhir 1953 Pemerintah masih ragu apakah akan mengembalikan Tambang Minyak Sumatera Utara kepada BPM atau dikuasai sendiri. Penunjukkan ‘koordinator’ untuk pertambangan oleh Menteri Perekonomian pada tahun 1954 belum membawa perbaikan.

Pada bulan Oktober 1957, Kepala Staf TNI Angkatan Darat pada waktu itu Jenderal A.H. Nasution menunjuk Kolonel Dr. Ibnu Sutowo untuk membentuk Perusahaan Minyak yang berstatus hukum Perseroan Terbatas. Pada tanggal 10 Desember 1957 didirikan P.T. Pertambangan Minyak Nasional Indonesia (P.T. PERMINA) dengan Kol.Dr. Ibnu Sutowo sebagai Presiden Direktur.

Berdasarkan UU No 19 tahun 1960 tentang perusahaan negara, P.T Permina sebagai Perseroan Terbatas menjadi Perusahaan Negara dengan anggota-anggota Direksi waktu itu adalah :

Kol. Dr. Ibnu Sutowo , sebagai Presiden Direkturb
Let.Kol.S.M. Geudong, sebagai Direktur,
Let.Kol.J.M Pattiasina, sebagai Direktur.


Kronologi Sejarah Minyak dan Gas Bumi di Indonesia
1871
Usaha pertama pengeboran minyak di Indonesia, dilakukan di Cirebon. Karena hasilnya sedikit, kemudian ditutup.

1883
Konsesi pertama pengusahaan minyak diserahkan Sultan Langkat kepada Aeilko J. Zijlker untuk daerah Telaga Said dekat Pangkalan Brandan.

1885
Produksi pertama Telaga Said, yang kemudian diusahakan oleh "Royal Dutch"

1890
Dibentuk "Koninklijke" untuk mengusahakan minyak di Sumatera Utara.

1892
Kilang minyak di Pangkalan Brandan yang dibangun "Royal Dutch" mulai berjalan.

1898
Kilang minyak Balikpapan mulai berjalan.

1899
Lapangan minyak Perlak, konsesi baru dari "Koninklijke" mulai menghasilkan.

1900
Kilang minyak Plaju mulai bekerja.

1901
Saluran pipa Perlak – Pangkalan Brandan selesai dibangun.

1907
‘Koninklijke’ dan ‘Shell Transport and Trading Company’ bergabung membentuk BPM.

1907
Royal Dutch menyerahkan konsesi-konsesinya di Indonesia kepada BPM.

1911
Sejak tahun ini BPM mengusahakan daerah-daerah minyak sekitar Cepu. Instalasi minyak berkapasitas kecil dibangun.

1912
Dibentuk NKPM sebuah subsidiary dari "Standard oil Company of New Jersey", pada tahun 1948 nama NKPM menjadi STANVAC.

1916
STANVAC menemukan minyak di Daerah Talang Akar, Pendopo (Sumsel).

1920
BPM memperoleh kontrak untuk mengusahakan daerah jambi, dibentuk NIAM, dengan modal 50/50 antara BPM dengan Hindia Belanda. Manajemen berada di tangan BPM.

1923
NIAm Jambi menghasilkan produksi untuk pertama kali.

1926
Kilang minyak STANVAC di Sungai Gerong selesai dibangun, mulai berproduksi dalam rangka produksi keseluruhan Indonesia.

1931
‘Standard Oil Company of California’ membentuk subsidiary yang setelah PD II bernama CALTEX. Pencarian minyak mulai diintensifkan.

1935
Saluran pipa dari jambi ke BPM di Plaju selesai dibangun.

NNGPM suatu perseroan yang terdiri dari saham BPM (40%), STANVAC (40%) dan Far Pacific Investment Company (20%), mulai beroperasi di Irian Barat.

1936
Konsesi yang bernama "Kontrak 5A" untuk daerah di Sumatera Tengah diberikan kepada CALTEX. (termasuk lapangan MINAS).

1941
Pecah perang di Asia Tenggara, penghancuran dan penutupan sumur minyak bumi.

1944
Tentara pendudukan Jepang yang berusaha membangun kembali instalasi minyak menemukan MINAS.

1945
Lapangan minyak sekitar P. Brandan (ex konsesi BPM) diserahkan pihak Jepang atas nama sekutu kepada Bangsa Indonesia. Perusahaan ini diberi nama PTMNRI.

1946/ 1947
Jepang mundur, sejak pertengahan tahun 1946 sampai Agustus 1947 lapangan-lapangan minyak STANVAC dikuasai PERMIRI.

1948
STANVAC kembali mencapai tingkat produksi tertinggi sebelum perang.

1949
CALTEX kembali mengusahakan lapangan minyak di Sumatera Tengah. Konsesi BPM Cepu yang dikuasai PTMN dikembalikan kepada BPM akibat KMB, PTMN dibubarkan.

1951
PTMRI diakui sah oleh pemerintah RI dan diganti menjadi P.N PERMIGAN.

1952
CALTEX mulai mengekspor minyak dari lapangan MINAS.

1954
Pemerintah RI mengangkat seorang koordinator untuk Tambang Minyak Sumut dan PTMNRI dirubah menjadi TMSU.

1957
Awal Oktober 1957 K.S.A.D (pelaksana SOB) menunjuk KO. Dr. Ibnu Sutowo untuk membentuk sebuah perusahaan minyak yang berstatus hukum. Tanggal 10 Desember 1957 P.T. PERMINA didirikan, dan disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI No. J.A. 5/32/11 tanggal 3 April 1958.

1958
Bulan Juni PT PERMINA mengekspor minyak mentah untuk pertama kali, dan disusul yang kedua pada Agustus berikutnya. PT PERMINA mengadakan perjanjian kerjasama dengan perusahaan minyak Jepang NOSODECO. Kredit diangsur kembali dalam bentuk minyak mentah. PT PERMINA membuka perwakilan di Tokyo.

1959
NIAM menjadi PN PERMINDO. BPM/SHELL memulai proyek Tanjung di Kalimantan.

1960
BPM di Indonesia dilikuidasi dan sebagai ganti dibentuk PT SHELL INDONESIA. Dengan diundangkannya UU Minyak dan Gas Bumi No. 44 tahun 1960, tanggal 26 Oktober 1960, seluruh pengusahaan minyak di Indonesia dilaksanakan oleh Negara. Permindo mulai dengan organisasi perniagaan sendiri sesuai sifat perusahaan Semi Pemerintah, walaupun administrasi perniagaan masih diatur SHELL.

1961
Pemerintah RI mengambil alih saham SHELL dalam PERMINDO. PERMINDO dilIkuidasi dan dibentuk PN Pertambangan Minyak Indonesia disingkat PERTAMIN. Dengan PP No. 198 tahun 1961 didirikan Perusahaan Negara dengan nama PN Pertambangan Minyak Nasional, disingkat PN PERMINA dan PT PERMINA dilebur ke dalamnya.

1962
Indonesia bergabung menjadi anggota OPEC

1964
Pemerintah RI/PN PERMINA mengambil alih semua aktivitas NNGPM dengan membeli perusahaan tersebut.

1965
Tanggal 31 Desember 1965 Pemerintah RI membeli PT SHELL INDONESIA dengan harga US$ 110 juta. Unit-unit ex SHELL dimasukkan dalam organisasi PN PERMINA.

1966
Dengan Surat Keputusan Menteri Pertambangan No. 124/M/MIGAS tanggal 24 Maret 1966 organisasi PERMINA dibagi dalam 5 unit Operasi Daerah Produksi dengan kantor pusat di Jakarta.

1967
Konsep Kontrak Production Sharing (KPS) mulai diperkenalkan.

1968
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1968 tanggal 20 Agustus 1968 PN PERMINA dan PN PERTAMIN dilebur menjadi satu Perusahaan Negara dengan nama PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional, disingkat PN Pertamina.


Sumber: Perkembangan P.N. PERTAMINA Hingga Akhir 1968 , hal 13-17.

5 (lima) Unit Operasi Daerah Produksi :
Unit Wilayah Kantor

I Sumatera Utara dan Aceh

II Jambi, Sumatera Selatan dan lampung

III Jawa dan Madura

IV Kalimantan, Tarakan, Bunyu

V Indonesia Bagian Timur (Sulawesi, Maluku dan Irian Barat)
Pangkalan Brandan

Plaju

Jakarta

Balikpapan

Sorong.


Beberapa Data Pokok tentang Pertamina:

Jenis Perusahaan : Milik Negara

Akhir tahun fiskal (Fiscal Year-End) : Maret

Penjualan tahun 1998 (juta) : $14,811.7

Pertumbuhan penjualan setahun (1-Yr. Sales Growth) : (23.2%)

Jumlah pegawai tahun 1998 : 33,431

Presiden Direktur : Martiono Hadianto

Direktur eksplorasi dan produksi : Priyambodo Mulyosudirjo

Alamat: Medan Merdeka Timur #1, Jakarta, Indonesia

Telp : +62-21-3815-111

Fax: +62-21-384-3882

Sifat Mekanik Batuan dan Kondisi Reservoir

Sifat Mekanik Batuan

Selain daripada sifat-sifat fisik dari batuan terdapat sifat-sifat mekanik batuan yang berpengaruh pula dalam penembusan batuan. Sifat-sifat mekanik tersebut meliputi : strength batuan, drillabilitas batuan, hardness batuan, abrasivitas batuan, tekanan batuan dan elastisitas batuan.

1. Strength Batuan
Arthur menyatakan bahwa strength pada batuan merupakan faktor yang sangat penting untuk penentuan laju pemboran. Strength pada batuan adalah kemampuan batuan untuk mengikat komponen-komponennya bersama-sama. Jadi dengan kata lain apabila suatu batuan diberikan tekanan yang lebih besar dari kekuatan batuan tersebut, maka komponen-komponennya akan terpisah-pisah atau dapat dikatakan hancur. Lebih lanjut lagi, criteria kehancuran batuan diakibatkan oleh adanya : Stress (tegangan) dan Strain (regangan).
Tegangan dan regangan ini terjadi apabila ada suatu gaya yang dikenakan pada batuan tersebut. Goodman, menyatakan variasi beban yang diberikan pada suatu batuan mengakibatkan kehancuran batuan. Terdapat empat jenis kerusakan batuan yang umum, yaitu :
1.1. Flexure Failure
Flexure failure terjadi karena adanya beban pada potongan batuan akibat gaya berat yang ditanggungnya, karena adanya ruang pori formasi dibawahnya.
1.2. Shear Failure
Shear failure, kerusakan yang terjadi akibat geseran pada suatu bidang perlapisan karena adanya suatu ruang pori pada formasi dibawahnya.
1.3. Crushing dan Tensile Failure
Crushing dan tensile failure merupakan kerusakan batuan yang terjadi akibat gerusan suatu benda atau tekanan sehingga membentuk suatu bidang retakan.
1.4. Direct Tension Failure
Direct tension failure, kerusakan terjadi searah dengan bidang geser dari suatu perlapisan.

2. Drillabilitas
Drillabilitas batuan (rock drillability) merupakan ukuran kemudahan batuan untuk dibor, yang dinyatakan dalam satuan besarnya volume batuan yang bisa dibor pada setiap unit energi yang diberikan pada batuan tersebut. Drillabilitas batuan dapat ditentukan melalui data pemboran (drilling record).
Selanjutnya dengan pengembangan model pemboran, drillabilitas batuan dapat ditentukan dengan menggunakan roller cone bit.

3. Hardness
Hardness atau kekerasan dari batuan, merupakan ketahanan mineral batuan terhadap goresan. Skala kekerasan yang sering digunakan untuk mendriskripsikan batuan diberikan oleh Mohs.
SKALA KEKERASAN MOHS
1. Talk
2. Gypsum
3. Calcite
4. Fluorite
5. Apatite
6. Orthoclase Feldspar
7. Quartz
8. Topaz
9. Corondum
10. Diamond

Gatlin, menyatakan batuan diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu :
1. Soft rock (lunak) : clay yang lunak, shale yang lunak dan batuan pasir yang unconsolidated atau kurang tersemen.
2. Medium rock (sedang) : beberapa shale, limestone dan dolomite yang porous, pasir yang terkonsolidasi dan gypsum.
3. Hard rock (keras) : limestone dan dolomite yang padat, pasir yang tersemen padat/keras dan chert.

4. Abrasivitas
Merupakan sifat menggores dan mengikis dari batuan, sehingga sering menyebabkan keausan pada gigi pahat dan diameter pahat. Setiap batuan mempunyai sifat abrasivitas yang berbeda-beda, pada umumnya batuan beku mempunyai tingkat abrasivitas sedang sampai tinggi, batu pasir lebih abrasif daripada shale, serta limestone lebih abrasif dari batu pasir atau shale. Ukuran dan bentuk dari partikel batuan menyebabkan berbagai tipe keausan, seperti juga torsi dan daya tekan pada pahat.

5. Tekanan Pada Batuan
Merupakan tekanan-tekanan yang bekerja pada batuan formasi. Tekanan-tekanan tersebut harus diperhatikan dalam kegiatan pemboran. Karena berpengaruh dalam cepat-lambatnya laju penembusan batuan formasi. Secara umum, batuan yang berada pada kedalaman tertentu akan mengalami tekanan :
a. Internal Stress yang berasal dari desakan fluida yang terkandung di dalam pori-pori batuan (tekanan hidrostatik fluida formasi).
b. Eksternal Stress yang berasal dari pembebanan batuan yang ada di atasnya (tekanan overburden).

6. elastisitas
Adalah sifat elastis atau kelenturan dari suatu batuan.


KONDISI RESERVOIR

Temperatur dan tekanan reservoir merupakan dua parameter yang sangat penting dalam teknik reservoir. Kedua parameter ini menentukan phase fluida didalam reservoir, contoh akibat karena pengaruhnya, misalnya besar atau kecilnya factor recovery, viskositas fluida, faktor volume formasi dan lain-lain.
Dalam teknik reseevoir selama ini menganggap bahwa temperatur didalam reservoir tetap, sehingga proses yang terjadi dianggap proses pada temperatur tetap atau isothermal. Sepanjang anggapan ini berlaku maka parameter yang dominan pengaruhnya adalah tekanan. Oleh karena itu, maka pengukuran temperatur pada umumnya hanya dilakukan pada saat mula-mula sumur mulai diproduksikan, sedangkan tekanan harus diukur pada interval waktu tertentu dari waktu ke waktu selama sumur diproduksikan. Selain itu agar tekanan reservoir tidak cepat turun diusahakan pressure maintenance dengan jalan injeksi gas atau air formasi.

1. TEMPERATUR RESERVOIR
Temperatur reservoir bervariasi dari suatu tempat ke tempat yang lain yang tergantung dari kedalaman dan gradient temperatur setempat. Dari berbagai penelitian selama ini gradien temperatur (geothremal gradient) berkisar antara 1 - 2 oF/100 ft.

2. TEKANAN RESERVOIR
Tekanan fluida dalam system terbuka diukur terhadap permukaan air laut. Gradient tekanan hidrostatik didalam kebanyakan reservoir ialah sebesar 45 psi/100 ft untuk air formasi yang mengandung 55.000 ppm garam. Gradient tekanan static yang disebabkan oleh batuan (lithostatic gradient) adalah sebesar 100 psi/100 ft.
Berdasarkan data yang didapat dari berbagai pengukuran tekanan reservoir ternyata banyak dijumpai reservoir yang gradient tekanannya lebih besar dari gardien tekanan normal (45 psi/100 ft). Dalam hal yang demikian tersebut maka disebut tekanan abnormal. Oleh karena itu harus hati-hati pada saat melakukan pemboran untuk mengontrol Lumpur pemboran sehingga tidak terjadi semburan liar (blowout).
Sebaliknya juga sering dijumpai reservoir yang gradient tekanan lebih kecil dari gradient tekanan normal, dan dalam hal ini disebut tekanan sub-normal. Untuk hal itu harus hati-hati pada saat melakukan pemboran sehingga tidak terjadi hilang Lumpur (loss circulation).
Harga gradien tekanan untuk fluida adalah sebesar :
(dP/dD)w = 0.45 psi/ft ................. (water)
(dP/dD)o = 0.35 psi/ft ................. (oil)
(dP/dD)g = 0.08 psi/ft ................. (gas)

Tekanan formasi ditentukan dengan beberapa cara, yaitu dengan DST (Drill Stem Test) atau dengan PressureRecorder Amerada.

Problem pemboran berkait dengan tekanan formasi :
1. Menurunkan laju penembusan
2. Hilang lumpur
3. Rekah formasi
4. Pipa terjepit

Perkiraan dan pendeteksian tekanan abnormal :
1. Teknik Prediktif
Metoda prediksi dengan menggunakan data geofisik (seismic, gravity dan magnetics)
2. Teknik Deteksi
Metoda prediksi dengan menggunakan data-data pemboran
3. Teknik Konfirmasi
Metoda prediksi dengan menggunakan wireline log dan dan survey tekanan.

Sumber data untuk mendeteksi tekanan abnormal pada waktu pemboran :
1. Parameter pemboran (RPM, WOB DAN ROP)
2. Parameter lumpur (TEMPERATUR, DENSITAS DAN GAS INFLUX)
3. Serbuk bor.

Parameter pemboran untuk mendeteksi tekanan abnormal berdasarkan :
1. Pada zona transisi kompasinya lebih besar dan akan menurunkan laju penembusan (ROP)
2. Pada zona tekanan abnormal batuannya lebih porous sehingga menghasilkan ROP yang tinggi dan juga RPM yang tinggi secara mendadak (DRILLING BREAK).